Sunday, 31 August 2014

PRINSIP KERJA TORQUE CONVERTER

Torque Converter


Artikel hari in membahas:

  • PENGERTIAN TORQUE CONVERTER
  • FUNGSI
  • PRINSIP KERJA TORQUE CONVERTERA


PENGERTIAN

prinsip kerja torque converterTorque converter pada dasarnya sama dengan kopling fluida yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan putaran dari mesin ke transmisi. Selain itu fungsi torque converter juga untuk meredam getaran perpindahan daya, mengerakkan pompa oli, dan sebagai flywheel.  Kalau pada kopling fluida hanya terdiri atas pump impeller yang dihubungkan dengan mesin dan turbine runner yang dihubungkan dengan input transmisi, sedangkan pada torque converter terdapat penambahan komponen yang dipasangkan diantara pump impeller dan turbine runner. Alat tersebut adalah stator. Untuk memaksimalkan kerja stator maka pada poros stator dipasangkan OWC (one way clutch) yang berfungsi untuk mencegah putaran balik stator yang dapat menghambat aliran fluida yang diarahkan oleh stator untuk menggerakkan turbine runner.

Pada generasi sekarang, pada torque converter dilengkapi lagi dengan sebuah komponen yang bernama TCC (Torque Converter Clutch). Komponen ini berfungsi untuk menghubungkan langsung putaran mesin ke transmisi tanpa melalui media fluida.

Prinsip Kerja Torque Converter  

Pada dasarnya antara kopling fluida dan torque converter Mempunyai prinsip kerja yang sama. Jika sebuah cawan yang terisi dengan minyak  dan selanjutnya jika cawan tersebut diputar maka minyak yang terdapat dalam cawan akan terlempar keluar. Hal ini terjadi karena adanya gaya centrifugal.
Selanjutnya jika bagian atas cawan tersebut ditutup dengan cawan lain yang posisinya digantung, selanjutnya cawan bagian bawah diputar maka pada putaran tertentu cawan bagian atas akan berputar pula.
Pada torque converter, cawan bagian bawah tersebut sama dengan pump impeller, sedangkan cawan bagian atas disebut turbine runner. Diantara pump impeller dan turbine runner dipasangkanlah stator


Konstruksi 

1. Pump Impeller 


Pump impeller disatukan dengan converter case dan converter case dihubungkan ke poros engkol melalui drive plate, ini berarti pump impeller akan berputar saat poros engkol berputar. Pump impeler berfungsi untuk melemparkan fluida (ATF) ke turbine runner agar turbine runner ikut berputar. Pump impeller terdiri dari vane dan guide ring. Guide ring berfungsi untuk membentuk celah yang memperlancar aliran minyak.



2. Turbine Runner 
Turbine runner dihubungkan dengan over drive input shaft transmisi, mi berarti turbine runner berfungsl untuk menerima lemparan fluida dari pump impeller dan memutarkan over drive Input shaft transmisl. Turbine runner terdiri dan vane dan guide ring. Arah vane pada turbine runner bertawanan dengan vane pump impeler.    




3. Stator 
Stator ditempatkan di tengah-tengah antara pump impeller dan turbine runner. Dipasang
pada poros stator yang diikatkan pada transmission case melalul one way clutch. Stator
berfungsi menggarahkari fluida dan turbine runner agar menabrak bagiani belakang vane pump impeller, sehingga membenikan tambahan tenaga pada pump impeller.
One way clutch memungkinkan stator hanya berputar searah dengan poros engkol. Oleh karena itu, stator akan berputar atau terkunci tergantung dan arah dorongan minyak pada vane stator. Saat outer race berputar searah putaran poros engkol, Ia akan mendorong bagian atas sprag. Karena panjang I lebih pendek dan I , maka outer race berputar.






Torque Converter Clutch (TCC) 

ON dan OFF nya TCC dikontrol oleh PCM. Ketika solenoid valve TCC ON, tekanan pada (A) dilepaskan oleh TCC solenoid valve, TCC control valve dengan posisi plunger berada di atas karena adanya tekanan minyak B. Dengan demikian tekanan dan secondary pressure mengalir dibelakang TCC, dan TCC akan terdorong ke depan dan TCC berhubungan. Minyak mengalir dan TCC kembali ke TCC control valve dan dilepaskan keluar sistim. Ketika TCC solenoid valve OFF, tekanan pads A menekan plunger TCC control valve. Akibatnya secondary pressure mengalir ke bagian depan TCC dan mendorong TCC untuk membebaskan hubungan TCC selanjutnya minyak kembali ke control valve.





Planetary Gear Unit 

Fungsi: 

  1. Merubah perbandingan gigi, merubah momen dan merubah kecepatan 
  2. Memungkinkan gigi mundur atau gerakan mundur 


Planetari Gear set mempunyai tiga macam gigi yaitu: 

  1. Ring gear 
  2. Sun gear 
  3. Pinion gear. 




Cara kerja roda gigi 

roda gig kecepatan lambatPerlambatan 
- Ring gear sebagai drive  (penggerak) dan  input putaran
- Sementatra Sun gear ditahan atau berputar berlawanan arah jarum jam
- Carrier sebagai Driven  ( digerakkan ) dan menjadi output putaran
Bila Ring gear berputar searah jarum jam, pinion gear akan berputar mengelilingi Sun gear sambil berputar searah jarum jam. Hal ini menyebabkan putaran Carrier menjadi lambat sesuai dengan banyaknya gigi Ring gear dan Sun gear.  
 




Percepatan 

- Ring gear sebagai Driven   (digerakkan) dan  menjadi output putaran.
- Sun gear posisi Fixed  ( ditahan).
- Carrier sebagai Drive  (penggerak) dan menjadi input putaran.

Bila Sun gear ditaran dan Carrier berputar searah jarum jam, pinion gear akan berputar mengelilingi Sun gear sambil berputar searah jarum jam. Hal ini menyebabkan putaran Ring gear menjadi lebih cepat sesuai dengan jumlah gigi Ring gear dan sun gear.      



Mundur 
roda gigi posisi mundur- Ring gear sebagai Driven ( digerakkan)
- Sun gear sebagai  Drive ( penggerak)
- Carrier dibuat Fixed (ditahan)

Bila sun gear berputar searah jarum jam, pinion gear yang terikat pada carrier akan berputar berlawanan dengan jarum jam dan mengakibatkan Ring gear juga berputar berlawanan arah dengan jarum jam. Pada saat ini Ring gear menjadi lambat sesuai dengan jumlah gigi Sun gear dan ring gear.































































































PENGERTIAN SISTEM TRANSMISI OTOMATIS

PENGERTIAN SISTEM TRANSMISI OTOMATIS

TRANSMISI OTOMATIS 

  1. JENIS-JENIS TRANSMISI OTOMATIS
  2. KEUNTUNGAN TRANSMISI OTOMATIS
  3. KOMPONEN_KOMPONEN UTAMA TRANSMISI OTOMATIS
  4. POSISI-POSISI pada TRANSMISI OTOMOATIS

Transmisi otomatis (A/T) adalah jenis transmisi yang gigi-giginya dapat berpindah secara otomatis sesuai dengan beban mesin (besamya penekanan pedal gas) dan kecepatan kendaraan. Sebaliknya, mobil yang masih menggunakan transmisi manual, pengemudi harus merobah gigi-gigi dengan mempergunakan tuas pemindah gigi. Dengan transmisi otomatis, gigi-gigi berpindah secara otomatis untuk memenuhi kondisi jalan dan muatan yang berbeda-beda. Jika pada transmisi manual terdapat kopling gesek, maka pada transmisi otomatis terdapat torque conventor (pengubah puntiran) yang bekerja sebagai kopling otomatis.

Dalam transmisi otomatis, minyak transmisi tidak saja melumasi dan berperan sebagai pendingin namun juga bekerja untuk mcmindahkan gigi secara otomatis dan sebagai fluida kopling otomatis. Oleh karena itu, jumlah minyak transmisi harus cukup guna  menjalankan fungsinya dengan baik. Selain itu, karena minyak transmisi otomatis akan memburuk jika jarak tempuh kendaraan bertambah maka penggantian secara perodik sangat diperlukan.

1. Jenis-jenis Transmisi otomatis 

a.  Full hydraulic
     Waktu perpindahan gigi dan waktu lock up diatur sepenuhnya secara hidraulis.
b. Powertrain control module  (PCM)
     Waktu perpindahan gigi dan waktu lock up diatur secara elektronik. Type ini menggunakan data (shift and lock pattern) yang tersimpan dalam PCM sebagai kontrolnya, juga terdapat fungsi diagnosa dan fail-safe.

Selain itu transmisi otomatis juga dibedakan atas:
a. Automatic transaxle, digunakan untuk kendaraan FE (Front-engine, Frontwheel-drive).
b. Automatic transmission, digunakan untuk kendaraan FR (Front-engine, Rear-wheel drive

2. Keuntungan Transmisi Otomatis  

Transmisi otomatis Jenis Full Hydraulic 

Dibandingkan dengan transmisi manual, transmisi otomatis jenis hidrolik mempunyai beberapa keuntungan sebagal berikut:


  • Mengurangi kelelahan pengemudi karena tidak ada pengoperasian pedal kopling dan pemindahan gigi. 
  • Perpindahan gigi terjadi secara otomafis dan lembut. 
  • Mengurangi beban mesin karena mesin dan pemindah daya dihubungkan melalui fluida secara hidraulls (torque converter). 

Transmisi otomatis Jenis PCM 

Dibandingkan dengan transmisi otomatis full hydraulic, PCM mempunyai
beberapa keuntungan sebagai berikut:

  • Pengemudi dapat memilih mode penggendaraan. 
  • Getaran perpindahan gigi lebih kecil 
  • Pemakaian bahan bakar lebih irit 
  • Mempunyai fungsi diagnosa dan memori 
  • Mempunyai fungsi fail safe 

3. Komponen -Komponen Utama Transmisi Otomatis 

Transmisi otomatis dapat dikelompokkan menjadi 3  komponen:

  1. Torque converter 
  2. Planetary gear unit 
  3. Hydraulic control unit 

Transmisi otomatis yang ada yang memiliki  e speed ada yang memiliki 4 speed (3 speed plus Over Drive). Pada tuas transmisi terdapat 6 posisi, yaitu P, R, N, D, 2 dan L. Untuk Over Drive (O/D) menggunakan switch yang ada pada tuas transmisi, sedangkan switch Power dan Normal (P/N) mode ditempatkan di console box

4. Posisi-posisi  tuas transmisi 


  1. Posisi P (Park).
    Pada posisi ini kendaraan tidak dapat bergerak (roda tidak dapat diputar) tetapi mesin dapat dihidupkan. Posisi ini digunakan untuk kendaraan yang diparkir, atau pada kendaraan untuk keperluan mesin dihidupkan tetapi kendaraan tidak dijalankan. 
  2. Posisi N (Netral).
    Pada posisi ini kendaraan tidak bergerak tetapi roda dapat diputar dan mesin dapat dihidupkan. Hanya posisi N dan P mesin dapat dihidupkan. Pada posisi netral biasanya digunakan untuk menghidupkan mesin sebelum kendaraan dijalanka atau ketika kendaraan berhenti sementara mesin hidup, seperti menunggu lampu hijau menyala di perempatan jalan.
  3. Posisi R (Reverse).
    Posisi ini digunakan untuk menggerakan kendaraan mundur. 
  4. Posisi D (Drive).
    Posisi D, digunakan untuk menggerakkan kendaraan bergerak maju secara otomatis dan dapat mengatur posisi kerja dan gigi 1, 2 dan 3, atau sebaliknya, jika switch O/D diposisikan ON, transmisi secara otomais dapat mengatur kerja pada gigi 1, 2, 3 dan 4 atau sebaliknya. Posisi ini biasanya digunakan untuk jalan normal dan rata.
  5.  Posisi 2.
    Posisi ini digunakan untuk menggerakan kendaraan bergerak maju, tetapi secara otomatis hanya dapat mengatur posisi kerja pada gigi 1 ke gigi 2 atau sebaliknya, biasanya digunakan untukjalanan nanjak atau turunan tajam. 
  6. Posisi L.
    Posisi ini digunakan untuk menggerakan kendaraan bergerak maju tetapi hanya pada posisi gigi I saja, biasanya digunakan untuk jalanan yang sangat menanjak atau turunan yang sangat tajam yang tidak dapat dilakukan pada posisi gigi 2. 


Saturday, 30 August 2014

SISTEM SUSPENSI pada MOBIL : Fungsi, Jenis, Bagian-bagian

SISTEM SUSPENSI

ARTIKEL INI AKAN MEMBAHAS TENTANG:

  1. Fungsi Suspensi
  2. Jenis suspensi

    - Rigid suspension
    - Independent suspension
  3. Bagian-bagian suspensi


    Chassis spring :
         Leaf spring.
        Coil spring.
        Torssion bar.
        Air spring.

    Shock ansorber.
    Lower arm dan Upper Arm.
    Stabilizer

 1. Fungsi Suspensi 

Saat kendaraan dikendarai, idealnya semua penumpang yang ada di dalam kendaraan tidak merasakan adanya gerakan-gerakan yang dipengaruhi oleh kondisi jalan yang dilalui. Walaupun sampai saat ini kondisi tersebut belum dapat dipenuhi, tetapi dengan adanya sistem kenyaman (suspension system) paling tidak pengaruh gerakan-gerakan tersebut dapat diperkecil. Jadi, fungsi suspensi adalah untuk menjadikan penumpang nyaman dalam kendaraan.



Gerakan kendaraan meliputi :
a. Bounching:  adalah gerakan seluruh body kendaraan (merata) naik dan turun, dengan arah gerakan Z – Z’.
b. Pitching: adalah gerakan naik dan turun body kendaraan secara bergantian antara bagian depan dan belakang, dengan titik tengah gerakan Y – Y’.
c. Rolling: adalah gerakan naik dan turun body kendaraan secara bergantian antara kiri dan kanan dengan titik tengah gerakan X – X’.
d. Yawing: adalah gerakan ke kiri dan ke kanan body kendaraan bagian depan dan belakang dengan titik tengah gerakan Z - Z’
e. Wheel hop: adalah gerakan kedua wheel bersama-sama kearah Z.
f. Wheel tramp: adalah gerakan wheel bersama-sama ke arah depan belakang dan ke arah kiri- kanan


2. Jenis Suspensi 

Suspensi didesain (dirancang) berdasarkan rancangan kendaraan. Jika kendaraan itu dirancang untuk angkutan barang maka suspensi yang digunakan adalah jenis suspensi yang lebih diutamakan adalah kekuatannya. Sebaliknya, jika kendaraan itu dirancang sebagai kendaraan penumpang (passanger car) maka jenis suspensi yang digunakan adalah lebih diutamakan kenyamanannya.





    Rigid Suspension dengan leaf spring secara transverse
  • 1. Rigid Suspension 
    Rigid suspension lebih mengutamakan faktor kekuatan dibandingkan faktor kenyamanannya. Dengan demikian, konstruksinya lebih sederhana dan biaya produksi lebih murah. Umumnya digunakan pada kendaraan-kendaraan angkutan. Chassis spring yang digunakan biasanya adalah leaf spring yang dibantu dengan shock absorber, walaupun ada juga yang menggunakan coil spring.
  • 2. Independent Suspension 
    Independent suspension adalah suspensi bebas. Jadi, gerakan roda kendaraan bagian kanan dan kiri pada batas tertentu tidak berpengaruh. Jenis ini lebih diutamakan faktor kenyamanannya jika dibandingkan dengan kekuatannya, sehingga konstruksinya lebih rumit. Suspensi ini dirancang untuk kendaraan-kendaraan penumpang, untuk itu chassis spring yang digunakan adalah jenis yang lembut seperti coil spring, torsion bar atau air spring. Terdapat beberapa jenis independent suspension sebagai berikut:
Swing axle type dengan coil spring
Swing axle type dengan coil spring 
Swing axle dengan torsion bar spring
Swing axle dengan torsion bar spring 


Mac Pherson type
Mac Pherson type 
Wishbone type
Wishbone type 







  3. Bagian-bagian Suspensi 

Supaya sistem ini dapat bekerja sesuai dengan fungsinya maka dilengkapi beberapa komponen yang saling menunjang antara satu dengan lainnya. Komponen tersebut adalah:

  1. Chassis spring :
     Leaf spring.
     Coil spring.
     Torssion bar.
     Air spring.
  2. Shock ansorber. 
  3. Lower arm dan Upper Arm.
  4. Stabilizer



1. Chassis spring 

chasis springChassing spring berfungsi untuk meredam gerakan roda yang diakibatkan oleh kondisi jalan dengan body kendaraan. Chassis spring terdiri atas beberapa jenis yaitu leaf spring, coil spring, torsion bar, dan air spring








    leaf spring
  • Leaf spring:
    Leaf spring atau bisa disebut dengan per daun adalah jenis spring yang paling sederhana konstruksinya dan kekuatannya dapat ditambah atau dikurangi. Leaf spring terdiri dari beberapa lembar spring yang diikat menjadi satu, sehingga dapat ditambah atau dikurangi. Semakin banyak jumlah lembar spring, semakin kuat daya lenturnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh tebal, lebar, dan panjang spring. Leaf spring terbuat dan bahan special steel alloy.

    Pemasangan leaf spring terhadap axle dipengaruhi pula oleh jenis kendaraan-nya. Jika kendaraan ini direncanakan supaya lantainya rendah maka pemasangan leaf spring ditempatkan di bawah axle.  

    Sebaliknya, jika diinginkan lantai kendaraan yang tinggi maka pemasangan leaf spring ditempatkan di bagian atas axle.

    Hal yang perlu diperhatikan pada leaf spring adalah jarak antara kedua spring eye. 

per daun pada mobil
bentuk leaf springper daun


coil spring
  • Coil spring:
    Coil spring atau spiral spring bersifat jika ditekan semakin kuat maka semakin besar pula perlawanannya. Sebaliknya, jika ditarik semakin kuat semakin besar pula perlawan-annya. Hal yang perlu diperhatikan adalah panjang keseluruhan spring tanpa beban.   
torsion bar
  • Torsion bar.
    Spring ini memanfaatkan daya puntir dari steel bar sebagai daya lenturnya. Semakin kuat puntirannya, semakin kuat pula ia berusaha kembali ke posisi semula.    

rubber spring
  • Rubber spring
    Rubber spring hanya digunakan sebagai spring pembantu atau sebagai bump topper saja, sehingga saat terjadi tekanan yang berlebihan maka spring tidak terkena langsung dengan frame
.  

Shock Absorber2. Shock Absorber 

Sebagai akibat  kerja chassis, spring yang meredam gerakan roda terhadap body kendaraan akan 
mengakibatkan body kendaraan seperti terayun. Hal ini merupakan sifat dari spring. Kejadian mengayun tentu harus dapat diredam secepat mungkin. Untuk itulah digunakan shock absorber (peredam kejut ). Dilihat dari cara meredam daya elastisitas spring, shock absorber dapat dibedakan atas: Single action dan  Double action.  








Single action 

Single action Prinsip kerja shock absorber adalah memindahkan minyak dari satu ruangan ke lain ruang dengan melalui saluran yang kecil. Pada jenis ini terdapat valve dan orifice sebagai saluran pemindahnya. Bila shock absorber ditekan maka oli yang berada di bagian bawah piston akan berpindah ke ruang di bagian atas piston melalui orifice dan valve. Sebaliknya, jika shock absorber ditarik minyak yang ada di bagian atas piston akan berpindah ke bagian bawah piston dengan melalui orifice saja karena pada kondisi ini valve secara otomatis tertutup.  Jenis ini biasanya digunakan untuk kendaraan yang menggunakan leaf spring. Karena frekwensi elastisitas leaf spring lebih sedikit jika dibandingkan dengan coil spring. 

Double action Double action 

Pada jenis ini dasarnya sama dengan single action. Di sini terdapat 2 orifice besar dan kecil. Semua orifice dilengkapi dengan valve. Dengan demikian untuk menekan maupun menarik diperlukan tenaga yang lebih besar jika dibandingkan dengan single action. Jenis ini biasanya digunakan untuk kendaraanyang menggunakan coil spring. 


 Lower Arm dan Upper Arm.3. Lower Arm dan Upper Arm. 

Lower arm dan atau Upper arm berfungsi sebagai titik putar yang memungkinkan roda kiri dapat bergerak bebas terhadap roda kanan. Komponen ini biasanya 
digunakan untuk kendaraan yang menggunakan independent suspension.   

4.  Stabilizer 

stabilizerStabilizer merupakan torsion bar yang dibuat dengan bentuk U. Konstruksi ini dimaksudkan supaya diperoleh puntiran guna memperkecil gerakan rolling. Kedua ujung stabilizer diikatkan pada roda kiri dan kanan. Dengan demikian, jika terjadi gerakan rolling maka stabilizer akan terpuntir sekaligus memperkecil gerakan tersebut



































































































APA itu FRONT WHEEL ALIGNMENT

PENJELASAN FRONT WHEEL ALIGNMENT 

Front wheel alingment atau pengaturan posisi roda depan sangat berkaitan dengan pengendalian steering system. Hal ini dimaksudkan supaya:

  1.  Steering wheel dapat kembali lurus setelah berbelok. 
  2.  Steering cenderung lurus ke depan meskipun steering wheel dilepas. 
  3.  Tenaga yang digunakan memutar steering wheel lebih ringan. 
  4.  Keausan ban dapat merata. 


Untuk maksud tersebut maka posisi roda depan dilakukan pengaturan seperti berikut ini: (1) Toe in atau Toe out; (2) Caster; (3) Camber; dan (4) King pin inclination.

1. Toe In atau Toe out. 

toe in atau toe outJika kita melihat posisi roda depan dan atas, sebetulnya posisi roda depan kiri dan kanan tidak dipasang secara sejajar, melainkan diatur untuk tidak sejajar sedikit. Pengaturan ini dibuat perbedaan jarak antara bagian depan dan bagian belakang ban. Pengaturan ini ada yang hanya dilakukan untuk kedua roda depan tetapi ada pula yang semua roda.
Jika jarak antara bagian depan ban depan lebih kecil dibandingkan dengan bagian belakang ban depan, posisi ini disebut Toe in. Sebaliknya, jika jarak bagian depan ban depan lebih besar dibandingkan dengan bagian belakang ban depan disebut Toe out.
Toe in atau toe out berfungsi untuk menjaga keausan ban yang berlebihan. Untuk menyetel Toe in atau Toe out dapat dilakukan dengan cara memperpanjang atau memperpendek tie rod melalui tie rod

2. Caster 

Demikian pula bila kita perhatikan posisi strut atau posisi king pin roda dilihat dari samping kendaraan tidaklah dibuat tegak lurus, melainkan dibuat miring dengan sudut tertentu yaitu bagian atas miring ke arah belakang. Kemiringan ini disebut sudut  caster. Sudut ini dibuat dengan tujuan supaya kendaraan itu selalu cenderung jalan lurus atau jika kendaraan selesai membelok, roda itu dapat lurus kembali.

3. Camber dan King Pin Inclination 

Camber dan King Pin Inclination
Bila kita sedang mengendarai sepeda rasanya tidak diperlukan tenaga yang besar untuk membelokkan sepeda tersebut. Pada kendaraan mobil pun seharusnya dibuat seperti itu tetapi hal itu tidak mungkin dapat dilakukan mengingat roda kendaraan yang dibelokkan sekaligus adalah keduanya yaitu kiri dan kanan. Mengapa untuk membelok-kan sepeda tersebut ringan?.

Hal ini disebabkan karena penempat-an engsel roda dan roda itu terletak dalam satu garis. Karena metode prinsip pada sepeda tersebut tidak dapat diterapkan pada kendaraan, maka  dibuat sudut camber dan sudut king pin inklination. Sudut camber adalah sudut yang dibentuk oleh kemiringan roda depan jika dilihat dari depan kendaraan. Sudut king pin inclination adalah sudut yang dibentuk oleh kemiringan king pin jika dilihat dari depan kendaraan. Kedua sudut ini dibuat untuk meringankan pemutaran steering wheel saat kendaraan dibelokkan.












Friday, 29 August 2014

Pengertian sistem kemudi dan fungsinya (steering)

SISTEM KEMUDI

Fungsi Sistem Kemudi

Sistem kemudi atau Steering system berfungsi untuk mengendalikan arah kendaraan sesuai kehendak pengemudi. Umumnya yang dikendalikan adalah kedua roda depan, meskipun dewasa ini telah dikembangkan dengan sistem pengendalian ke empat roda. Walaupun demikian, kendaraan harus dapat dikendalikan dengan mudah agar roda tidak terseret saat kendaraan sedang berbelok. Untuk maksud tersebut pada tahun 1818, Rudolf Ackerman menemukan suatu cara, yaitu bila kendaraan dibelokkan maka seluruh roda yang menyebabkan kendaraan berbelok harus mempunyai satu titik putar saja, dengan demikian roda mudah berbelok (tidak terpaksa)  roda tidak terseret. Dasar dari prinsip ini adalah bahwa titik putar roda jika diperpanjang  tie rod end (penghubung gerakan roda kiri dan kanan) harus tepat terletak di  antara roda belakang kiri dan kanan.sistem kemudi (steering)

Mekanisme Sistem Kemudi



Pada dasarnya mekanisme  steering  system dapat  digolongkan  menjadi  2  jenis  yaitu
mekanisme steering  system yang digunak  untuk indenpendent  suspension 
steering system yang digunakan untuk rigid suspension.

Steering rigid suspension

Steering rigid suspension


Mekanisme Steering Independent Suspension.

1.Pitman Arm.
Pitman arm digunakan pada steering gear box yang menggunakana jenis recirculating ball and  nut seperti  pada kendaraan  ST  100  atau  SJ  410.  Pitman  arm ini  berfungsi  untuk menghubungkan gerakan sector shaft ke darg link. Gerakan sector shaft berupa gerakan putar dari drag link menjadi gerakan aksial.

2.Drag Link
Selanjutnya gerakan  dan  pitman  arm ini dihubungkan  ke center  arm (intermediate arm) melalui drag link. Dengan demikian, drank link ini berfungsi untuk menghubungkan pitman arm ke knuckle arm (rigid suspenssion), melalui tie rod. 

3. Center Arm (Intermediate Arm)
Intermediate arm hanya digunakan  pada kendaraan  yang menggunakan  independent suspenssion. Hal  ini dimaksudkan  supaya fungsi  suspensi  dapat  bekerja dengan  baik  serta steering system dapat bekerja dengan baik pula. Center  arm berfungsi  sebagai  pemisah  hubungan  langsung antara roda kiri  dan  kanan sekaligus menghubungkan gerakan drag link.

4. Knuckle Arm
Knuckle  arm berfungsi  untuk  memegang front  wheel yang memungkinkan  roda dapat digerakkan untuk belok kiri atau ke kanan melalui spindle.

5. Tie rod dan Tie rod end.
Tie rod adalah suatu batang yang menguhubungkan knuckle arm roda kiri dengan knucklearm roda kanan.  Untuk  menghubungkannya menggunakan  tie rod  end.  Pada tie rod  end dilengkapi ball joint yang memungkinkan walaupun knuckle arm bergerak mengikuti gerakan roda hubungan tetap dapat dilakukan. Hubungan antara tie rod dengan tie rod end melalui ulir  yang memungkinkan  tie rod dapat diperpanjang dan diperpendek.  Hal ini dapat digunakan untuk melakukan penyetelan toe in.
gamar Mekanisme Steering Independent Suspension.

Steering Gear Box


Steering gear box dapat dibedakan sebagai berikut:
Recirculating Ball and Nut Steering Gear Box
Recirculating Ball and Nut Steering Gear Box
Recirculating ball and nut
Recirculating ball and nut
  • Sector roller
  • Rack and pinion
  • Recirculating ball and nut
  • Recirculating Ball and Nut Steering Gear Box
Rack and pinion 


Recirculating Ball and Nut Steering Gear Box         

Steering  gear  box jenis  ini tidak  dapat  dilakukan  perbaikan.  Jika  terjadi kerusakan harus diganti secara assy. Hal yang perlu dilakukan pemeriksaan adalah


1. Steering wheel play.
Periksalah wheel play. Jarak ini harus berada pada 10-30 mm. Jika jarak tidak di-peroleh periksalah sambungan (ball joint).

2. Periksa preload:
Preload yang dimaksudkan  adalah  preload worm shaft dan sector shaft.
Spesifikasi:
1,97 - 3,42 kg, atau
7,50 - 13,0 kgcm.
Jika  preload tidak  sesuai,  lakukan  penyetelan melalui baut .


Rack  and  Pinion Steering  Gear  Box

Gear  box jenis  ini telah  disediakan suku  cadangnya. Dengan demikian, jika terjadi kerusakan parts dapat dilakukan penggantian

Hal yang perlu diperiksa:

1. Streering wheel play.
Steering wheel play harus berada 0-30 mm.
Jika lebih besar dari spesifikasi, periksalah:
- ball point pada tie rod end (stud) harus bergerak bila diberi beban 2 kgcm.
- steering shaft joint.
- steering pinion dan rack.
- setiap part dari kelonggaran.

2. Periksa momen pinion.
Momen Pinion harus berada 0,08-0,13 kgm atau 8- 13  kgcm.  Hal  ini dapat  dilakukan  dengan jalan
mengatur rack damper screw


Power Steering

Power steering berfungsi untuk meringankan  pemutaran steering  wheel (roda kemudi) saat kendaraan dibelokkan. Tenaga yang digunakan  adalah  tekanan  dan  oil pumppower steering,  tetapi  ada pula  yang menggunakan elektrik.
power steering


Bagian utama adalah:
  1. Steering gear box:  Ball and nut type (untuk SE 416) Rack and pinion type (untuk SF 413/41 6)
  2. Power steering oil pump.    

1.Steering Gear Box Ball and Nut

cara kerja steering wheel
Komponen  Utama pada steering gear  box adalah:

  1. Spool  valve; 
  2. Power piston; dan
  3. Torsion bar. 


Spool valve berfungsi untuk mengatur arah aliran minyak ke power piston, sesuai dengan putaran steering wheel.  Power  piston berfungsi  untuk  membantu  menggerakkan  sector  shaft.  Torsion  bar berfungsi untuk menghubungkan putaran dari input shaft ke main shaft.

Perpindahan putaran:
Putaran  dari  steering  wheel  -  input shaft  - torsion  bar  - main  shaft  -  power  piston(gerakan axial) - sector shaft. Spool  valve digerakkan  langsung oleh  main  shaft melalui pin. Jika  steering  wheel diputar ke kiri atau ke kanan, input shaft secara langsung juga berputar sesuai dengan putaran
steering wheel. Putaran input shaft tersebut secara langsung menggerakkan spool valve, dan spool valve ini mengatur arah aliran fluida ke power silinder. Dengan demikian, power piston tertekan ke kiri atau ke kanan (lihat gambar) sesuai dengan arah pengemudian. Jika steering wheel diputar terus maka putaran input shaft melalui torsion bar langsung memutarkan main shaft, yang selanjutnya main shaft dapat bergerak ke kiri atau ke kanan. Dengan demikian, tenaga yang digunakan untuk  menggerakkan  power piston  dan  selanjutnya memutarkan sector shaft dibantu oleh tekanan minyak pada power silinder.

Cara Kerja


1. Steering wheel diputar ke kanan.

Saat  steering  wheel diputar  ke kanan,  maka input  shaft berputar  searah  jarum  jam. Putaran ini, selanjutnya menggerakkan spool valve bergerak ke arah kanan. Dengan  demikian,  tekanan  minyak  dan  P/S  Oil  pump dialirkan ke power silinder sebelah kanan  dan  menekan  power  piston  ke kiri.  Minyak  yang ada di  power silinder sebelah  kiri tertekan keluar ke tangki oli
Steering wheel diputar ke kanan

2. Steering wheel diputar ke kiri.
Saat steering wheel diputar ke kiri, maka input shaft berputar berlawanan arah dengan jarum jam (lihat gambar). Putaran ini selanjutnya menggerakkan spool valve bergerak ke arah kiri. Dengan demikian, tekanan minyak dari P/S Oil pump dialirkan ke power silinder sebelah kiri dan menekan power piston ke kanan. Minyak yang ada di power silinder sebelah kanan tertekan keluar ke oil tank.

Steering wheel diputar ke kiri
3. Jika engine tidak hidup dan steering wheel diputar.
Jika engine tidak hidup dan steering wheel diputar atau jika terjadi kerusakan pada sistem hidroliknya maka kerja steeringgear box adalah sebagai berikut:
Putaran dari steering wheel - input shaft dan melalui stopper pin putaran tersebut diteruskan ke main shaft



Power Steering Oil Pump

Power  steering  oil pump untuk  Vitara menggunakan  Vane  type dan  langsung digerakkan  oleh  engine melalui V-belt,  sehingga tekanan  P/S  oil pump tergantung dengan putaran  engine,  semakin  tinggi  putaran  engine semakin  besar  pula tekanannya atau sebaliknya. Tekanan pada sistim hidrolik Power steeringmaximum adalah 70 kg/cm. Untuk memperoleh tekakan yang konstan dan untuk menjaga supaya pada kecepatan tinggi, kemudi tidak semakin ringan maka di dalam P/S oil pump dilengkapi dengan Relief valvedanControl valve.

Power Steering Oil Pump

1. Control ValvE

Control valve berfungsi untuk mengatur tekanan pada power

Putaran Idling
Jika  putaran  engine idling maka tekanan  yang mengalir  ke sistem  juga rendah.  Pada kondisi seperti  ini posisi orifice Al  terbuka besar, sehingga tekanan  dari  P/S  oil pump yang ke steering  gear box dapat langsung melalui orifice Al.

Jalan dengan putaran rendah.
Jika  putaran  engine meningkat  maka tekanan  oli yang  mengalir  ke sistem  juga semakin  tinggi. Akibatnya,  tekanan  tersebut  mampu  menekan control valve bergerak ke kiri melawan kekuatan
control spring. Dengan demikian, celah Orifice Al semakin mengecil.

Jalan dengan kecepatan tinggi
Jika  kendaraan dijalankan  dengan  kecepakan tinggi maka tekan yang mengalir ke sistem juga tinggi.  Akibatnya control  valve tertekan  ke kanan semakin jauh. Dengan demikian,  orifice Al semakin kecil


2. Relief Valve
Relief valve berfungsi untuk mengatur supaya tekanan P/S oil pump tidak dapat lebih dan 70 kg/cm walaupun engine telah membuat putaran tinggi.

Cara kerja
Jika tekanan yang dihasilkan oleh P/S oil pump meningkat (lebih besar dan 70 kg/cm, maka steel ball tertekan  ke kanan  untuk  membuka valve. Dengan terbukanya valve maka tekanan minyak yang mengalir ke sistem, sebagian juga mengalir kembali ke pump melalui orifice A2 valve.

Pemeriksaan Power Steering

1. Steering wheel play.
Dengan  kondisi  engine tidak  hidup,  periksa steering wheel play. Steering wheel play 20-30  mm.  Juga periksa gerakan  lateral  dan steering  wheel,  gerakan  ini tidak  boleh terjadi.

2. Power steering belt.
Periksa power steering belt terhadap keausan, keretakan, atau rusak. Jika demikian, ganti power steering belt. Periksa defleksi  power  steering belt seperti  pada gambar.  Besarnya defleksi  ini,  jika ditekan dengan  gaya 10  kg defleksi  power  steering  belt 6-9 mm



3. Air Bleeding

Untuk melakukan pekerjaan ini, ikuti prosedur kerja seperti di bawah:


  • Angkat  ban  depan,  dan  tahan posisi  ban  depan  supaya  bebas  dari  lantai  dengan menggunakan rigid rack.
  • Yakinkan bahwa power steering oil pada oil tank berada pada specifikasi level.
  • Hidupkan engine dengan putaran stasioner, kemudian putar steering wheel ke kiri dan ke kanan.
  • power steering oil pada oil tank, jika permukaan oli tidak berubah menunjukkan udara pada sistem  hidrolik sudah tidak ada.

4. Periksa tekanan pada sistem hidrolik.

  •  Pasang pressure gauge
    Hubungkan pressure gauge dan attachmen hose seperti pada gambar. Yakinkan bahwa oil telah berada pada spesifikasi.   


  •  Back pressure.
    Posisikan steering wheel lurus ke depan. Hidupkan engine pada putar-an idling. Pada kondisi seperti ini, besarnya back pressure = 10 kg. 
  •  relief pressure.
    Naikkan  putaran  engine sampai  1500  rpm,  tutup valve gauge. Tekanan pada pressure gauge = 60-80 kg/cm2



Catatan:
Jangan menutup valve gauge lebih dan 10 detik Buka penuh valve gauge, kemudian naik- kan  putaran engine sampai 1500 rpm. Putar steering wheel ke kiri atau ke kanan. Pada kondisi ini tekanan harus 60-80 kg/cm2.

NEXT >> Front wheel aligment


CUKUP SEGINI DULU, Sebenarnya masih bnyak pembahasan SISTEM KEMUDI atau STEERING IN (POWER STEERING)