Wednesday, 31 July 2019

Pasangan Harmonis

Pasangan Harmonis
Keterangan foto tidak tersedia.
RESEP MENJADI MEMPESONAH
Biasanya, ini BV utarakan di kelas poligami yang berbayar. Terkadang juga, menjadi bahan materi saat BV mengisi seminar pernikahan.
Jadi begini,
Kalau anda ingin menjadi lelaki atau wanita mempesonah sekaligus menjadi suami atau istri mempesonice... Kuncinya cuma satu : FAHAM RAHASIANYA.
Rahasia pertama dan kedua kudu anda ketahui.
Pertama, Fahami bahwa kelemahan seorang lelaki/suami ada pada matanya. Maka, kalau anda ingin lelaki/suami "takluk" kepada anda, maka puaskan matanya. Begitupun jika anda ingin wanita/istri "takluk" dihadapan anda, maka "puaskan" telinganya.
Kedua, lakukan segera!
Salam
Pria mempesonah.

Monday, 1 July 2019

Pendidikan Pesantren

Bismillah,.....
Assalamu'alaikum mbah semua
Semoga Allah memberkahi kita semua.

Sedikit bercerita...
Ahad sore kemarin cucu mengantarkan anak pertama cucu mondok, masuk asrama. Saat ini ia naik kelas 7 SMP.

Dan di pondok ini ada sekitar 500-an santri baru termasuk anak cucu.

Ada perasaan yang susah diungkapkan berpisah dengan anak padahal cucu bagian dari pengelola pesantren tersebut.

Di depan asrama cucu melihat banyak ayah dan ibu-ibu yang menghibur dan menguatkankan anak-anaknya.

Namun saat mereka ketemu cucu dan pamitan, air mata mereka tak terbendung, menangis...

Lalu cucu katakan pada mereka :
"Sabar pak, sabar ibu.....perpisahan ini hanya sebentar, tiap pekanpun boleh ditengok kok, Insya Allah ini demi supaya kita berkumpul di tempat yang kekal kelak.

Diantara jawaban mereka seperti ini :
Tapi Ustadz :
Ini anak pertama saya
Anak saya cuma satu
Ini anak pertama yang mondok

Dst

Motubanya mana?
Ada seorang wali santri yang punya kisup juga keluaran 93-an, lalu pas ketemu di pondok cucu tak lihat ia bawa kisup.

Mana kisupnya pak? Tanya cucu
"Saya jual ustadz buat biaya modok, kakaknya masuk sini, adiknya di pondok dekat rumah".

"Masya Allah barakallahufiikum semoga Allah ganti dengan pahala yang tak ternilai" jawab cucu

Ket photo :
Sepulang ngantar anak pertama masuk pondok pesantren

Friday, 7 June 2019

💖💖 Adab Membawa Anak Bertamu 💖💖


Pada suatu hari, karena macet, kami memutar balik perjalanan, kami arahkan mobil ke sebuah perumahan untuk numpang muter aja,  lalu tanpa sengaja, ternyata kami melewati rumah seorang teman lama suami. Dan dia meminta kami mampir.

Kami serombongan dengan 4 anak. Menuju ruang tamunya yang mungil dan bersih.

Singkat cerita, di sana, juga ada tamu yang baru datang. sebuah keluarga -ayah, ibu dan 1 anak 7 tahunan-. Si anak langsung membuka toples kue nastar, membawa toples ke pangkuannya, dan lalu asyik makan. Kita panggil saja si anak "Boy" yaa. Badannya bongsor.

Nastar itu terlihat "mahal". Bentuknya seperti buah jambu. Cantik banget.

hampir setengah toples berpindah ke perut Boy. Sang Ayah sibuk mengobrol dengan tuan rumah, sang ibu sibuk dengan HP. Aku mengajak anak-anak ke teras luar yang adem, aku takut menjadi 'tertuduh' terlibat menghabiskan 1 toples kue mahal 😲

Nyonya rumah, santun berkata "namanya siapa Sayang? toplesnya taro sini aja yaa...biar nggak jatuh", nyonya berusaha 'meminta' toples kaca itu agar dikembalikan ke meja.  Menurutku ini 'kode' kalo dia keberatan dengan adab si Boy. Boy menolak. Tangannya tetap mengeruk kue yang udah abis nyaris separo. Mereka juga gak akrab kayaknya, buktinya nyonya rumah aja gak tau nama si anak.

"Dibagi dong teman-temannya, itu belum kebagian," kata si nyonya lagi menunjuk ke anak-anakku.  "Nggak mau!" Jawab Boy,

 Lama kemudian.

"Mau coba ini?" Nyonya rumah membuka toples astor. Sepertinya berusaha menawarkan alternatif agar gak hanya nastar jambu yang dimakan si Boy.

"Nggak mau," jawab si Boy lagi, berteriak.

"Boy suka banget sama nastar yaa," tutur nyonya rumah, suaranya tenang.

"Oiya... bisa abis setoples dia," sahut sang ayah. Si ibu mendongak sedikit dari HP. "Dia sukanya nastar sama sagu keju, bisa setoples sekali duduk abis, tapi kalo kastengel, sebiji pun dia lepeh, gak suka," kata si ibu tersenyum, lalu kembali ke HP.

Entah mengapa...aku menjadi gak nyaman. Pertama, aku liat di meja ini hanya ada 4 toples kue yang terlihat baru saja dibuka. Dan kalo 1 tamu menghabiskan 1 toples kue, gimana tamu-tamu berikutnya?

Dia nggak mengadakan open house besar-besaran. Bisa jadi stok kuenya juga gak banyak. Kehidupan mereka 'terlihat' juga gak berlebihan.

Selain itu, tau kan ya semahal apa harga kue kering lebaran? Setoples itu bisa jadi 90ribuan. Belum tentu masih ada stok di belakang.

Aku beberapa kali menangkap mata nyonya rumah gelisah  melirik ke si Boy. Dia berusaha ramah maksimal dengan membukakan astor, kripik pisang coklat dan kerupuk udang. Tapi Boy gak peduli, pun ayah ibunya,  nastar itu sekarang bersisa sepertiga 😌😌😲😲. Aku gak tau lanjutannya. Karena kami pamit duluan.

Menurutku, sangat penting mengajarkan adab bertamu pada anak-anak. Apa yang boleh dan tak boleh.

Di rumah sendiri, anak-anak boleh saja memakan apa saja sampai abis, Tapi kalo di rumah orang gak boleh begitu.

Tamu orang rumah, gak hanya kita saja. Ini penting dikasih tau ke anak-anak, agar mereka gak egois.

Harga kue itu mahal. Gak semua orang bisa bikin kue. Banyak yang beli. Kalo diitung sebutir nastar itu harganya bisa 3ribu. Jadi bisa ajarkan anak-anak kalo makan kue di rumah orang, gak boleh banyak. Maksimal 2 atau 3 butir saja per jenis kue. Kalo bisa pun hanya makan maksimal 2 jenis kue saja.

Nah, kadang anak gak patuh, jadi 'rakus' saat di rumah orang, bisa jadi karena mereka memang lapar. Jadi penting banget memastikan perut anak udah terisi saat mau bertamu ke rumah orang, antisipasi kemacetan dengan bawa cemilan. Jadi sampai di rumah orang, anak tidak dalam kondisi lapar. anak-anak lebih gampang 'ditaklukkan' saat mereka tidak lapar. Percayalah!

Saat ke rumah nenek atau Bu De atau tante, atau saudara yang bener-bener deket dan akrab, di mana kedatangan kita memang sangat mereka nantikan dan mereka memang udah prepare banget menyambut kita, tentu boleh agak lentur. Misal saat kami ke rumah kakak kandungku. Memang hanya kami saudara kandung mereka di kota ini. Jadi bolehlah agak santai, makan ketupat nambah, pake rendang, opor, telur, kue-kue,  dll.

Tapi kalo bertamu ke rumah orang, jelas harus ada ADAB yang dikenalkan ke anak. Kalo anak belum mau mengerti, maka jadilah orangtua yang tau diri.

 Misal, bertamu jangan kelamaan, ajak anak ngobrol, liat udara luar, atau berinteraksi dengan tamu lain. Anak-anak kan gampang akrab sama teman baru, jadi ajak main sama teman baru sehingga si anak nggak melulu fokus ke menghabiskan kue tuan rumah. Saat bertamu pun, cobalah paksakan diri untuk TIDAK MELIHAT HP. fokuslah pada hidup yang nyata, jangan malah mengurus yang maya tapi mengabaikan yang nyata.

Begitu pun saat anak ke toilet, kalo masih kecil, walaupun anak udah biasa ke toilet sendiri di rumah, saat di rumah orang, tetap temenin.

Toilet kan beda-beda. Aku pernah nemuin anak yang nggak menyiram abis pake toilet, sementara ibunya main HP.

Aku suruh siram, "nggak ada gayung," jawab si anak.

 Kemungkinan di rumah dia biasa pake toilet jongkok dengan siram manual. Jadi saat menemukan toilet duduk dengan pencetan siraman, dia nggak ngerti. Jadilah dia meninggalkan toilet dengan kondisi kotor.

Memang yaa...saat bertamu ke rumah orang membawa anak-anak, kita harus selalu 'menimbang rasa' ke tuan rumah. Jangan terlalu berharap bisa ngobrol-ngobrol seru tanpa batas, sementara anak-anak juga bebas lepas. Jangan!

Tetap waspada. Pasang mata telinga mengawasi anak-anak kita.

Jangan sampai menimbulkan ketidaknyamanan pada tuan rumah.

Kalo ada tuan/nyonya rumah yang memberikan kode agar beralih ke kue lain, jangan dibilang pelit. Cobalah memahami posisi mereka.

Tamu mereka bisa jadi banyak yang mau datang setelah kita...

Stok kue dan makanan mereka mungkin gak banyak..

Kondisi keuangan mereka mungkin sedang tak bagus untuk membuat/membeli kue dalam jumlah banyak..

Mereka bisa jadi sedang menunggu tamu yang istimewa di hati mereka, misal kakak/adik kandung dan mereka juga ingin kue-kue enak ini dicicipi oleh orang kesayangan mereka..

Intinya... adab! Adab! Adab!

Kalau anak belum mengerti, kita orangtua kan udah tua, kita yang harus mengerti. Jangan membiarkan anak sesuka dia dengan kalimat "namanya juga anak-anak" . Kemudahan dengan menelantarkan adab, bisa jadi kelak inilah yang akan menyulitkan masa depan anak.

Selamat bersilaturahhim. Jangan lupa sematkan ADAB dimanapun!

Note : saat kita jadi tuan rumah, muliakan tamu, ikhlaslah
Saat kita jadi tamu, tau dirilah
#menimbangrasa
By Fitra Wilis Masril

*menulis caraku menasehati diri

Friday, 31 May 2019

IQ dan Attitude


Dua Belas Tahun Silam di Perancis


DUA belas tahun silam, seorang wanita dari Asia (tak usah sebut nama negaranya) datang ke Prancis untuk  kuliah di salah satu universitas terkenal di Paris.
Dia memang cerdas, bahasa Prancis dan Inggris-nya juga sangat baik sehingga lulus seleksi.

Sejak mulai kuliah di hari pertama, dia perhatikan bahwa sistem transportasi di Paris menggunakan sistem otomatis.
Artinya, Anda beli tiket sesuai dengan tujuan melalui mesin.

Setiap perhentian kendaraan umum, memakai cara *_self-service_* dan jarang sekali diperiksa petugas.
Bahkan pemeriksaan insidentil oleh petugas pun hampir tidak ada, bukan karena manajemennya buruk tapi unsur *_trust*_ dan tertib sosial di sistem transportasi Kota Paris memang sudah baik.

Akhirnya lama kelamaan dia temukan kelemahan sistem ini, dan dengan kelihaiannya itu dia bisa naik transportasi umum tanpa harus beli tiket dan dia sudah memperhitungkan kemungkinan tertangkap petugas karena tidak beli tiket, sangat kecil.
Sejak itu, dia selalu naik kendaraan umum dengan tidak membayar tiket.

Ia justru menganggapnya sebagai salah satu cara penghematan sebagai mahasiswa miskin yang dengan cara apapun kalau bisa irit, ya diirit.
Dia bahkan merasa bangga karena dianggapnya itu sebagai *kehebatan* yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.

*Empat tahun berlalu, perempuan muda itu pun tamat dengan _cum laude_ dari fakultas favorit dan universitas* *ternama di Paris dengan angka indeks prestasi kumulatif (IPK) yang sangat bagus.*

Hal itu membuat dirinya penuh percaya diri.

Setelah wisuda, gadis itu pun mulai mengajukan aplikasi surat lamaran kerja ke beberapa perusahan ternama di Paris.
Pada mulanya, semua perusahan yang dikirimi surat lamaran via email merespon dengan karena IPK-nya yang tinggi dan lulusan universitas top di Paris.

Tapi beberapa hari kemudian, semuanya menolaknya dengan berbagai alasan.
Hal ini terus terjadi berulang kali sampai akhirnya membuatnya merasa jengkel dan marah.

Dia bahkan sampai menuding perusahaan-perusahaan itu rasis karena tidak mau menerima warga negara asing meski lulus *_cum laude_* dari universitas ternama di Paris.
Akhirnya, pada suatu hari karena penasaran bercampur dongkol ia memutuskan untuk mengadukannya ke Departemen Tenaga Kerja Prancis di Paris.

Dia ingin melapor sekaligus ingin tahu kenapa perusahaan-perusahaan tersebut menolaknya.
Tapi, ketika bertemu dengan salah satu manager di kantor Depnaker Paris tersebut, ia mendapat penjelasan yang ia dapat di luar perkiraannya.
Berikut adalah dialog mereka.

*Manager*:
Nona, kami tidak rasis, sebaliknya kami sangat mementingkan Anda.
Pada saat anda mengajukan aplikasi pekerjaan di perusahan, kami sangat terkesan dengan nilai akademis dan pencapaian Anda.
Sesungguhnya, berdasarkan kemampuan, Anda sebenarnya adalah golongan pekerja yang kami cari-cari."

*Nona*:
Kalau begitu, kenapa perusahan-perusahaan tersebut tidak menerima saya bekerja?

*Manager*:
Jadi begini, setelah kami periksa di *_database,*_ kami menemukan data bahwa Nona pernah tiga kali kena sanksi tidak membayar tiket saat naik kendaraan umum.

*Nona*
(kaget): Ya, saya mengakuinya. Tapi, apakah karena *perkara kecil* tersebut semua perusahaan boleh menolak saya?

*Manager*:
Perkara kecil?
Kami tidak menganggap itu perkara kecil, Nona.
Kami lihat di _database,_ Anda pertama kali melanggar hukum terjadi di minggu pertama Anda masuk di negara ini.
Saat itu petugas percaya dengan penjelasan yang Anda bahwa Anda masih belum mengerti sistem transportasi umum di sini. Itu sebabnya kesalahan tersebut diampuni. Namun Anda tertangkap dua kali lagi setelah itu.

*Nona*:
Ohh, waktu itu karena tidak ada uang kecil saja.

*Manager*:
Tidak, tidak. Kami tidak bisa terima penjelasan Anda.
*Jangan anggap kami bodoh*. Kami yakin Anda telah melakukannya ratusan kali sebelum tertangkap.

*Nona*:
Well, baiklah. Tapi, itu _kan_ *bukan kesalahan mematikan ..'?* Kenapa harus begitu serius? Lain kali saya perbaiki dan berubah _kan_ masih bisa?

*Manager*:
Maaf, kami tidak menganggap demikian, Nona.
Perbuatan Anda membuktikan dua hal:
*Pertama, Anda tidak mau mengikuti* *peraturan yang ada. Anda pintar mencari kelemahan dalam peraturan dan memanfaatkannya* *untuk diri sendiri.*
*Kedua, Anda tidak bisa dipercaya !*

Nona, *banyak pekerjaan di berbagai perusahaan di negara Prancis ini bergantung pada kepercayaan atau _trust*
Jika Anda diberikan tanggung jawab atas tugas di sebuah wilayah, maka Anda akan diberikan kuasa yang besar.
Karena efisiensi biaya, kami tidak akan memakai sistem kontrol untuk mengawasi pekerjaanmu.
Hampir semua perusahan besar di Prancis ini mirip dengan sistem transportasi di negeri ini.
Oleh sebab itu, kami tidak bisa menerima Anda, Nona.
Dan saya berani katakan, di negara kami bahkan seluruh Eropa, tidak akan ada perusahan yang mau menggunakan jasa Anda.

Pada saat itu, wanita ini seperti tertampar dan terbangun dari mimpinya dan merasa sangat menyesal.
Tapi, penyesalan selalu datang terlambat ketika nasi sudah jadi bubur atau peristiwa buruk telah terjadi.

Perkataan manager yang terakhir membuat hatinya bergetar dan sangat menyesal.
Ia akhirnya terdiam seribu bahasa tidak bisa berkata apapun.

Sahabatku,
Ada pesan moral yang sangat berharga yang bisa kita petik dari kisah nyata mahasiswi pintar tersebut.
*Moral dan etika (attitude) itu amat sangat penting, bahkan ditempatkan di atas kepintaran,* *kecerdasan atau kegeniusan*.

*Dalam kehidupan sosial, moral dan etika (attitude) seseorang bisa* *menutupi kekurangan IQ atau kepintaran intelektual*.
*Tetapi IQ atau kepintaran, bagaimanapun tingginya, tidak akan bisa menolong etika moral dan integritas yang buruk*.

*Samuel Johnson* (1709-1784), sastrawan Inggris mengatakan:
_Knowledge without integrity is dangerous and dreadful._
(Pengetahuan tanpa integritas pasti berbahaya dan mengerikan).

*Clive S Lewis* (1898-1963), profesor di Universitas Oxford dan penulis novel terkenal Inggris
mengatakan:
_Integritas adalah melakukan hal yang benar, ketika tidak ada yang melihat. *Integritas dan kejujuran adalah kekayaan paling jarang dimiliki manusia.*

Selamat berpuasa